Solusi bagi Kemajuan UKM

14/01/2011 08:21

Efisiensi TIK l Telkom Bentuk Divisi Khusus

 

Penetrasi broadband di area rural sudah tinggi, tapi kontribusinya bagi PDB belum signifikan. Tingkat penetrasi Internet di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan cukup tinggi.

Bisa dilihat dari naiknya akses Internet melalui komputer desktop atau ponsel yang diperkirakan bisa mencapai 18 persen dari total populasi.

Semaraknya penggunaan akses Internet tentu tak bisa dilepaskan dari gencarnya pembangunan backbone atau last mile oleh penyelenggara telekomunikasi.

Sayangnya, Internet di Indonesia lebih banyak digunakan untuk tujuan hiburan atau konsumtif, bukan hal yang produktif.

Akhirnya, penyelenggara belum bisa merasakan keuntungan dari hadirnya jasa data. Negara pun belum mendapat pemasukan yang signifikan dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Kontribusi data bagi total pendapatan satu operator di Indonesia baru sekitar 5 persen. Angka yang sangat kecil.

Di Asia rata-rata kontribusi data sudah mencapai 27 persen dan akan menjadi 37 persen dalam lima tahun ke depan Padahal, menurut kajian yang dilakukan oleh lembaga konsultan Deloitte, setiap 10 persen pertumbuhan penterasi infrastruktur broadband seharusnya meningkatkan 1,2 persen pendapatan domestik bruto (PDB) dari satu negara.

Sedangkan di Indonesia, penetrasi sudah mencapai di atas 50 persen untuk area rural, tetapi kontribusi ke PDB belum signifikan. “Ada salah kaprah dalam pemanfaatan TIK.

Semua hanya digunakan untuk hal-hal konsumtif seperti mengakses jejaring sosial atau instant messaging.

Seharusnya dikembangkan masyarakat berbasis TIK,” ujar anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono kepada Koran Jakarta, Rabu (30/3).

Menurut Nonot, masyarakat berbasis TIK adalah yang menggunakan teknologi sebagai alat memberikan kemudahan dalam hidup dan meningkatkan kesejahteraan.

“Misalnya ada e-education yang membuat masyarakat di pelosok bisa mendapatkan ilmu pengetahuan setara di kota atau aplikasi yang memudahkan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengakses peluang,” jelasnya.

Efisienkan Bisnis Pengamat koperasi dan UKM, Th oby Mutis, mengatakan para penyelenggara telekomunikasi perlu mengembalikan TIK kepada khittahnya.

Caranya, pengusaha berbasis koperasi dan UKM harus diajarkan mengoptimalkan penggunaan (TIK) untuk meningkatkan daya saing. “Di saat krisis ekonomi, koperasi dan UKM yang menggerakkan sektor riil.

Saatnya kalangan ini diberdayakan menggunakan TIK sebagai salah satu basis kompetensi,” jelasnya. Menurut dia, jika koperasi dan UKM memanfaatkan TI dengan benar, maka akan tercipta efisiensi dalam biaya operasional. Selain itu, TI bisa membuka peluang pasar, khususnya ke luar negeri melalui Internet.

“Pasar koperasi dan UKM itu banyak di luar negeri, khususnya para perajin. Bagaimana komunikasi dengan luar negeri jika masih takut TI,” kata dia.

Executive General Manager Divisi Business Service (DBS) Telkom Slamet Riyadi mengakui penggunaan TIK secara tepat sebagai enabler diyakini bisa menekan biaya operasional dari pebisnis skala UKM hingga 60 persen. Dengan begitu berimbas pada penurunan drastis dari Total Cost of Ownership (TCO).

“Para pelaku UKM dan koperasi selama ini mengalami hambatan dalam mengembangkan usahanya. Beberapa merupakan hal yang klasik, tetapi dengan pemanfaatan TIK yang tepat, beberapa hambatan bisa diatasi,” jelasnya.

Telkom membentuk DBS khusus untuk mengelola pelanggan bisnis yang sebagian besar merupakan segmen UKM.

Pada segmen ini, Telkom akan menawarkan beragam solusi untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan bisnis melalui penerapan teknologi komunikasi informasi (ICT) yang tepat.

Beberapa aplikasi berbasis platform as as services (PAAS) cloud computing sudah disiapkan Telkom, di antaranya e- UKM, aplikasi untuk BPR (bank perkreditan rakyat), aplikasi untuk pengelolaan koperasi, dan lainnya.

Cloud computing adalah pemanfaatan teknologi internet untuk menyediakan sumber komputasi. Berdasarkan catatan, UKM di Indonesia merupakan yang paling berkembang dalam adopsi teknologi bersama Filipina dan Thailand.

Pertumbuhan belanja solusi TIK yang dilakukan kalangan UKM hingga empat tahun ke depan diperkirakan mencapai 60,3 persen atau senilai 18,6 triliun rupiah dengan nilai Compound Annual Growth Rate (CAGR) 12,83 persen. UKM ditengarai memiliki kontribusi terhadap pendapatan domestik bruto nasional sebesar 54 persen.

Sektor tertinggi investasi yang dilakukan kalangan UKM adalah pada bidang jasa (57 persen), perdagangan (20 persen), dan manufaktur (23 persen).

Slamet mengungkapkan untuk melayani pasar UKM, DBS akan melakukan segmentasi pasar berdasarkan industri dan komunitas, serta membangun solusi sesuai dengan kebutuhan komunitas dalam format PAAS yang akan menjadi bisnis enabler.

“Kami juga akan memberikan coaching clinic dengan membangun 13 Small Medium Enterprise (SME) Center di seluruh Indonesia.

Ini akan signifikan membantu UKM karena banyak kegiatan bisa dilakukan di situ, misalnya virtual office,” jelasnya.

Praktisi telematika Mochammad James Falahuddin menilai langkah Telkom membentuk DBS untuk menggarap UKM Sangat tepat mengingat operator itu memiliki segalanya mulai dari backbone hingga platform service hasil kerja sama dengan pihak ketiga atau pengembangan sendiri.

“Pemain global sudah banyak yang menggarap UKM ini, Telkom harus bisa mengejar ketertinggalannya,” kata dia.

Menurutnya, penyediaan solusi TIK bagi UKM yang menggunakan konsep cloud computing (melalui Internet) masih memiliki pangsa pasar yang besar.

“Jika berhasil, dampak ekonominya untuk skala nasional juga besar. Ini baru namanya pembangunan broadband itu mendorong perekonomian. Bukan seperti sekarang yang tak lebih buat akses jejaring sosial,” tegasnya.

Dia mengingatkan karena sasaran adalah UKM, maka harga layanan haruslah terjangkau. “Inilah alasan pendekatan delivery layanan dengan konsep cloud computing, karena diharapkan beban akan bisa dibagi bersama oleh para UKM.”
dni/E-5